Minggu, 06 Mei 2012

Tugas dan Tanggung Jawab Mahasiswa

Secara konvensional dapat disebut mahasiswa adalah merupakan generasimuda yang belajar dan beraktifitas di Perguruan Tinggi. Penegasan bahwamahasiswa merupakan orang-orang yang belajar di Perguruan Tinggi jelasmenempatkan posisi mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat PerguruanTinggi, yang merupakan tempat segala bentuk ilmu
Mahasiswa sebagai masyarakat intelektual dan sekaligus sebagaiwarganegara tentu saja memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan.Sebab, idealnya mahasiswa dituntut bukan hanya untuk cerdas dalam belajar,tetapi lebih dari pada itu juga harus kritis terhadap kenyataan sosial yang ada.Kenyataan inilah, makanya mahasiswa disebut sebagai agent of change meminjam istilah Auguste Comte atau agent of modernization dalam istilah lainAli Syariati. Sebab, secara regeneratif segala bentuk kenyataan yang ada hari ini pasti diwariskan kepada mahasiswa yang memiliki tugas dan tanggung jawabsebagai penggagas ide bagi kemajuan kehidupan sosial dan berbangsa.Sejarah juga mencatat bahwa peran mahasiswa juga sangat besar dalam proses reformasi kehidupan berbangsa. Untuk menyebut misalnya beberapa peristiwa penting reformasi negara-negara juga diperankan oleh mahasiwa, diantaranya seperti Juan Peron di Argentina tahun 1955; Perez Jimenez diVenezuela tahun 1958; Soekarno di Indonesia tahun 1966; Ayub Khan diPaksitan tahun 1969; Reza Pahlevi di Iran tahun 1979; Chun Doo Hwan di KoreaSelatan tahun 1987; Ferdinand Marcos di Filipinan tahun 1985 dan Soeharto diIndonesia tahun 1998.
Tentu saja kita harus jujur mempertanyakan, mampukan mahasiswa-mahasiswa hari ini untuk menunaikan tugas dan tanggung jawabnya itu, terutamaketika pragmatisme dan materialisme merasuki dunia kampus yang membuahkansikap anarkisme? Tampaknya kenyataan menunjukkan bahwa beberapa tahunterakhir ini, terutama ketika pasca reformasi tugas dan tanggung jawab ini seakanterabaikan mahasiswa. Sebab, harus kita sesalkan bahwa media masa, baik cetak atupun elektronik hanya melaporkan sikap anarkisme yang diiklan paramahasiswa, yang justeru terkesan mengotori semangat reformasi yangdigaungkan.Kenyataan ini tentu tidak dapat kita pungkiri bahwa bukan hanya secara projetatif media masa menyebutkan adanya anarkisme itu di kalangan mahasiswa,tetapi kenyataan menunjukkan kepada kita justeru hampir setiap kampus kitamenyaksikan itu bahwa itu benar-benar ada. Hal ini adalah sesuatu yang sangatkontradiktif dengan tugas utama mahasiswa sebagai masyarakat kampus, yangseharusnya tugasnya belajar untuk menjadi calon-calon ilmuan. Namun, justerulebih banyak mengabiskan waktunya hanya untuk melakukan hal-hal yang tidak relevan dengan keilmuan yang diajarkan di Perguruan Tinggi.Tampaknya, kita harus menegaskan kembali tugas primer mahasiswameminjam istilah Arief Budiman bahwa “mahasiswa adalah orang yang belajar disekolah tingkat Perguruan Tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatukeahlian tingkat sarjana. Itulah yang pertama dan utama tugas bagi paramahasiswa.

Bahwa dia juga aktif sebagai aktifis atau senang pada kesenian, ituadalah fungsi sekundernya. Demikian juga bila dia senang pada persoalan- persoalan politik, itu adalah fungsi sekundernya, yang pertama dan yang utama tugasnya ialah mempersiapkan diri untuk suatu keahlian tertentu”.

Namun, kenyataan menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran dari tugas primer menjaditugas skunder dan sebaliknya tugas skunder menjadi primer. Atau dalam kenyataan lain kita juga menyaksikan justeru adanya kesan over fuction
mahasiswa menjadi agen-agen kepentingan tertentu sehingga mengabaikan tugas primernya untuk belajar.Pada dasarnya, tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab terhadapkenyataan kehidupan itu juga merupakan bagian dari tanggung jawab mahasiswauntuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan bangsa ini. Tampaknya, beberapagejolak yang terjadi di kampus—secara positif dapat dikatakan—hal itu jugamerupakan bagian dari ungkapan dari tanggung jawab mahasiswa terhadap bangsa ini.

Namun, gejolak itu tentu saja idealnya tanpa harus dimuatianarkisme. Sebab, anarkisme bukanlah dari jati diri mahasiswa yangsesungguhnya dan justeru kita melihat adanya kesan “tumpangan” politik pihak- pihak tertentu di dalamnya, yang terkadang disadari atau tidak oleh mahasiswa dijadikan sebagai alat  pressure group (group penekan) untu memuluskan kepentingan tertentu.Idealnya tentu saja menurut Jusuf A Feisal adalah bahwa mahasiswa dalam konteks tanggung jawab ini minimal harus mampu menuntut dan membantu mahasiswa dalam usaha memenuhi hal-hal:
a) pengembangan pemikiran dan penalaran mahasiswa (structured ideas and reasoning )
b) minatdan kegemaran mahasiswa (student interest )
c) kesejahteraan mahasiswa(student walfar).

Karena memang ketiga hal ini seharusnya menjadi fokusutama mahasiswa sebagai penunjang setiap aktifitas yang dilakukan, baik itudalam proses pemenuhan tugas ataupun tanggung jawabnya.Untuk itu, sejatinya mahasiswa harus menjadi insan-insan yang visioner ,

yaitu manusia yang berwawasan ke depan, yang berani bermimpi untuk membentangkan cita-cita yang luhur sejalan dengan semangat keilmuan yangditerimanya di kampus. Bagi orang yang visioner mimpi menjadi energi dahsyatuntuk menggerakkannya menjadi kondisi luar biasa yang sesuai denganmimpinya. Sebab itu, visioner juga artinya tidak bergantung kepada orang lain,yaitu mandiri dalam berpikir dan mandiri dalam bertindak, itu semua dibentuk didalam kampus dan tentu saja berakhlak luhur merupakan inti dari semua itu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar