
Berawal dari sebuah kisah,
 seorang raja yang bijaksana dan adil yang hidup di pulau Bali. Karena 
keadilannya dan kebijaksanaannya, rakyat menjadi patuh dan menurut akan 
segala yang di perintahkannya. Sang Raja mempuyai seorang anak 
kesayangan yang cantik jelita .
Pada
 suatu hari, datanglah Anak Raja dari kerajaan seberang yang ingin 
melamar Sang Putri. Namun Sang Putri menolak lamaran tersebut. Sudah 
banyak sekali pria tampan yang hendak melamar dia, tetapi ia tolak. Sang
 Raja dan permaisuri menjadi bingung melihat sikap anaknya.
Suatu
 hari Permaisuri bertanya kepada anaknya sebab atau alasan mengapa ia 
selalu menolak pria yang hendak melamar dia?. Permaisuri terus mendesak 
anaknya untuk memberikan alasan. Akhirnya ia mengatakan bahwa, ia 
memiliki penyakit kelamin sehingga ia selalu menolak lamaran tersebut. 
Mendengar cerita itu, Permaisuri pun mengerti dan merasa sedih atas 
nasib yang menimpa putrinya. Ia pun segera menyampaikan berita buruk itu
 kepada Baginda Raja.
Sang
 Raja sangat terkejut mendengar hal itu. Setelah berfikir sejenak, 
akhirnya ia memutuskan untuk memanggil tabib di seluruh negeri, dan 
memberikan imbalan yang besar bagi orang yang dapat menyembuhkan 
penyakit tersebut. Satu per satu para ahli mengobati penyakit sang 
Putri. Namun tak seorang pun yang berhasil menyembuhkan penyakit 
tersebut. Putuslah harapan sang Raja dan permaisuri. Akhirnya sang Raja 
pun memutuskan untuk mengasingkan putrinya ke tengah hutan di 
semenanjung sebelah utara Pulau Bali. Agar tidak menular kepada orang 
lain.
Di
 tempat pengasingan tersebut ia tinggal bersama anjing kesayangannya 
yang bernama tumang. Setelah beberapa tinggal disana, terjadi suatu 
kebiasaan aneh. Ketika sang Putri sedang buang air kecil, si Tumang 
menjilat air kencing dan juga sisa-sisa air kencing yang masih melekat 
di kemaluan sang Putri. Hal itu berlangsung terus menerus. Dan pada saat
 Sang putri kesepian, Sang Putri pun melampiaskan nafsunya kepada anjing
 kesayangannya. Hingga akhirnya sang Putri mengandung. Namun, saat itu 
pula terjadi suatu keanehan. Penyakit yang diderita sang Putri berangsur
 sembuh.

Pada
 suatu hari, datanglah permaisuri bersama dengan pengawal istana 
mengantarkan keperluan dan makanan untuk sang Putri. Tetapi betapa 
terkejutnya Sang permaisuri ketika melihat Putri telah mengandung. 
Permaisuri pun mendesak putri untuk menceritakan bagaimana dia bisa 
mengandung. Akhirnya ia pun berterus terang dan menceritakan apa yang 
telah dilakukannya dengan si Tumang. Ia juga mengatakan penyakit 
kelaminnya sembuh berkat itu semuah.
Permaisuri
 beserta utusannya segera kembali ke istana. Dan menceritakan semua hal 
yang terjadi kepada Sang Raja. Sang Raja menjadi kecewa dan murka 
mendengar perbuatan putrinya yang telah mencemarkan nama baik keluarga 
istana. Lalu dengan kekecewaan Sang Raja berdoa kepada Allah.
“Allah!
 hukuman lah putriku kerena telah melanggar perintahmu! Musnahkanlah 
tempat di mana Putriku telah melakukan perbuatan hina!”
Doa
 sang Raja pun terkabulkan. Beberapa hari setelah Sang Raja berdoa, 
hujan deras disertai angin sangat kencang datang menerjang. Tidak berapa
 lama kemudian, bumi pun bergetar sehingga semenanjung Pulau Bali tempat
 sang Putri diasingkan itu terputus dan hanyut menuju ke arah utara.
Suatu
 hari, ada dua orang nelayan yang bernama Datuk Langgar Tuban dan Datuk 
Malim Angin  sedang memancing ikan di tengah laut lepas sebelah timur 
Pulau Sumatra. Tiba – tiba mereka melihat sebuah pulau sedang hanyut dan
 melintas tidak jauh dari tempat mereka memancing. Karena penasaran, Ia 
pun segera mengayuh sampan dan mendekati pulau itu. Ketika berhasil 
mendekati pulau tersebut, Datuk Malim Angin pun segera mengambil sebuah 
tali sauh dan mengikatkannya pada sebatang pohon yang ada disana, 
kemudian melemparkan jangkarnya ke dasar laut. Setelah itu, pulau itu 
pun berhenti dan tidak hanyut lagi.
Gunung
 tempat Datuk Malim mengaitkan tali sauhnya disebut dengan Gunung 
Baginde yang kini terletak di Kampung Padang Kandis, Membalong, 
Belitung. Sementara pulau yang hanyut itu, masyarakat setempat 
menyebutnya Pulau Belitong, yang berarti Bali terpotong. Tetapi setelah waktu berlalu nama tersebut berubah menjadi Belitung
referensi : http://arpan02.blogspot.com/2012/08/asal-usul-pulau-belitung.html

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar