Kewirausahaan ( 
Entrepreneurship) atau 
Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.
 Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.
 Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan 
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang 
memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. 
Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
- Percaya diri
- Berorientasikan tugas dan hasil
- Pengambil risiko
- Kepemimpinan
- Keorisinilan
- Berorientasi ke masa depan
- Jujur dan tekun
Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:
- Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
- Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki 
ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, 
energik ddan memiliki inisiatif.
- Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
- Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
- Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
- Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
- Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras. 
Tahap-tahap kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:
 Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha 
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat 
peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan 
akuisisi, atau melakukan ‘’franchising’’.Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa.
 Tahap melaksanakan usaha
Dalam tahap ini seorang wirausahawan
 mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup 
aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang
 meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran,
 dan melakukan evaluasi.
 Tahap mempertahankan usaha
Tahap di mana wirausahawan
 berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan 
yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
- Tahap mengembangkan usaha
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau 
mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi 
salah satu pilihan yang mungkin diambil.
 Sikap wirausaha
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat 
kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari 
kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi.
 Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya.
 Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya.
 Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan 
berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
 Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah 
kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan.
 Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas.
 Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki 
kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan.
 Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya 
adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem 
kerja.
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
 Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki 
komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada 
kemajuan).
 Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi 
cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya.
 Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama 
konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan 
konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang 
ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang 
wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan 
memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut 
akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian 
terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu 
memperoleh laba yang diharapkan.
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan.
 Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran
 mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, 
kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan 
purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang 
terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi.
 Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang 
maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan 
produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.
 Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan 
baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan 
kreatif yang kelihatannya mustahil.
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan 
keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain 
dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan 
hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain.
 Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan.
 Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan 
fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap 
pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya.
 Banyak
 seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya 
mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, 
obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya.
Karena
 itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap 
masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat 
keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
 Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor 
yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
- Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan 
mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan 
kurang berhasil.
- Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, 
keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan 
mengintegrasikan operasi perusahaan.
- Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil 
dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara 
aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. 
Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan 
mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
- Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal 
dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
- Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan 
keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan 
perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
- Kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang 
pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak 
efektif.
- Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha 
yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, 
kemungkinan gagal menjadi besar.
- Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak 
akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha 
hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu 
membuat peralihan setiap waktu.
referensi : http://id.wikipedia.org